Cari Blog Ini

Senin, 28 September 2009

Bedug Jepang, Tidak Sekadar Menabuh


Bandung - Bedug, yang umumnya ditabuh sebelum adzan dikumandangkan ternyata bisa tercipta menjadi gaya bermusik baru. Adalah almarhum seniman Harry Roesli yang dengan jeli menciptakan karya baru bernama 'Bedug Jepang', menambah deretan karya-karyanya yang inspiratif.

Diciptakan pada tahun 1980 lalu. Menurut Layala Krisna Patria Roesli yang akrab disapa Yala, putra almarhum Harry Roesli kala itu bedug Jepang masih belum mendapat sambutan hangat dari masyarakat.



"Bedug Jepang itu aslinya karya alamrhum Harry Roesli yang sudah digarap sejak tahun 1980. Hanya saja, karena kebiasaan almarhum menciptakan aransemen yang tidak umum dimata publik, popularitas Bedug Jepang kurang diapresiasi di mata masyarakat," tutur Yala.

Penamaan bedug Jepang pun Yala mengaku tidak tahu asal muasalnya. Namun sepengetahuannya kalau almarhum ayahnya terinspirasi saat menonton film Jepang berjudul Tora-Tora-Tora!.

"Di mana ada morse lampu yang membentuk ketukan ritmis. Karena kegilaan' almarhum� maka ia mencoba menirukan ritme tersebut dengan menggunakan floor drum, karena itu film Jepang mungkin jadi Bedug Jepang," papar Yala sambil tertawa.

Tidak ingin karya almarhum redup begitu saja, tahun 2005 Yala bersama anak didiknya di Rumah Musik Harry Roesli dan sejumlah anak jalanan di Bandung meramu kembali Bedug Jepang menjadi lebih kontemporer.

"Kami tidak ingin mematikan apa yang telah diciptakan almarhum. Makanya kami membuat kreasi baru dari ide lama beliau. Kami kemas dengan lebih masa kini lah," ujar Yala.

Kemasan baru Bedug Jepang yang dikreasikan Yala dan kawan-kawan dimulai dari mengemas ulang floor drum. Yala membungkus floor-floor drum dengan menggunakan sarung hitam bergambar tengkorak.

"Ini salah satu cara agar bisa lebih mendekatkan Bedug Jepang kepada generasi muda. Selain itu kalau floor saja kan pendek, makanya dibungkus sarung biar semakin terlihat seperti bedug," imbuh Yala. Selain itu, kostum-kostum unik yang digunakan para pemainnya menjadi daya tarik lain untuk memikat penonton.

Kreasi Bedug Jepang yang melibatkan delapan sampai 10 pemain ini ternyata mendapat respon positif dari masyarakat. Menurut Yala, banyak siswa sekolah hingga mahasiswa yang tertarik untuk turut menggarap kreasi ini.

"Lumayan banyak yang berminat, biasanya yang pengen belajar mereka-mereka yang suka perkusi dan kerap tampil di pembukaan acara-acara," ujar Yala.

Beberapa kali, Yala dan kelompok Bedug Jepangnya diundang dalam peresmian acara di perusahaan-perusahaan juga berbagai acara pentas seni. Dan yang paling membanggakan mereka bisa tampil sebagai pengisi acara dalam peresmian Masjid Agung di Semarang pada tahun 2006, yang dihadiri oleh Presiden SBY.

Jika ingin mengasah kepiawaian dalam bedug Jepang, Yala menyarankan agar menguasai teknik dasar bermain drum dulu. "Sebisa mungkin menguasai dulu dasar-dasar beat drum. Setelah itu baru belajar Bedug Jepang. Selain itu satu grupnya harus terdiri dari paling tidak sepuluh orang. Soalnya Bedug Jepang kurang asyik jika dimainkan sendiri-sendiri," tandas Yala.

sumber :detik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar